Graha Tristar

D3 MANAJEMEN PERHOTELAN DAN PARIWISATA

D3 PERHOTELAN SPESIALISASI F&B PRODUCT

D3 PERHOTELAN SPESIALISASI F&B PRODUCT

THCP JOURNAL

Magang Kerja di Amerika Serikat, antara Harapan dan Kenyataan (2)

Usai OJT di Amerika, Alumni D3 Akpar Majapahit Berikan Testimoni


Untuk Bekal Yuniornya, Alumni D3 Akpar Majapahit, 
Ayu dan Nana Berikan Testimoni 
 
BAK GAYUNG BERSAMBUT, undangan dari International Trainee Network (ITN) bagi mahasiswa Prodi Perhotelan  dari Indonesia untuk magang kerja di Amerika Serikat direspons sejumlah pihak yang memang tertarik menambah wawasan dan pengalaman kerja di luar negeri.
Begitu juga dengan Akpar Majapahit, penawaran kerjasama dari Sekolah Pariwisata Bali-Sekolah Tinggi Pariwisata Bali International (SPB-STPBI) yang dirintis sejak 2014 lalu, berlanjut dengan   berangkatnya  dua mahasiswa Akpar Majapahit magang kerja di Amerika Serikat, yakni Ayu Mircahya dan Theresia Octaviana Gonawan sebagai pilot project-nya.
Kedua gadis cantik yang akrab disapa Ayu dan Nana ini magang kerja di Grand Hotel, Mac Kinac Island, AS, selama enam bulan mulai Mei sampai November 2015.  Lokasi hotel seasonal (hanya buka pada musim panas) itu sendiri berada di pulau terpencil –Mac Kinac Island-- di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada.
Pada awalnya, Ayu dan Nana tertarik dengan penjelasan pihak ITN Perwakilan Indonesia seputar kelebihan on the job training (OJT) di negeri Paman Sam. Selain karena bisa menambah wawasan dan pengalaman kerja di industri  pariwisata dan perhotelan (go international), juga tergiur seabrek iming-iming yang menjanjikan.
 
Di antaranya salary-nya tinggi karena dihitung perjam (antara 8,0-11,5 USD per jam), mess yang representatif dengan fasilitas wi-fi, gratis makan tiga kali sehari, tiket pesawat pergi pulang, dan sebagainya.
Tekad  dua Srikandi dari Akpar Majapahit magang kerja di AS pun sudah bulat. Semangat pantang menyerah dan antusiasme tinggi kedua gadis cantik ini magang kerja di luar negeri memberi asa tersendiri.
Dengan berbekal kecakapan berbahasa asing, keinginan menambah pengalaman kerja di industri perhotelan dan berbekal  biaya untuk magang kerja ke luar negeri yang cukup termasuk uang saku --dalam bentuk dollar AS—tentunya, mereka termotivasi mengikuti rangkaian interview di Denpasar Bali yang ditangani SPB-STPBI, dengan membawa segebok dokumen seperti yang dipersyaratkan pihak ITN cq SPB-STPBI.
 
 
Ayu dan Nana pun sepakat berangkat ke Bali. Demi  menghemat biaya, mereka pilih naik travel dari Pasuruan (Ayu tinggal di Pasuruan dan Nana tinggal di Pandaan Kabupaten Pasuruan), tidak naik pesawat terbang, ke Denpasar.
Selama tes interview langsung di Bali oleh Jenifer King, GM Grand Hotel Mac Kinac Island, AS, November 2014, Ayu dan Nana dinyatakan lulus dan bisa mengikuti program magang kerja di AS yang ditawarkan pihak ITN. Namun untuk bisa berangkat ke negeri Paman Sam, Ayu dan Nana diminta membayar 5000 USD per orang.(kalau di-kurs-kan saat itu sekitar Rp 45 jutaan).  
 
Uang sebanyak  itu antara lain untuk  biaya program sponsorship, sertifikat training dan asuransi sebesar 3000 USD per orang, tiket pesawat ke AS 1400 USD per orang, notaris Rp 4,5 juta (perjanjian kontrak kerja) dan visa kerja (J-1) Rp 2,5 jutaan. Biaya sebesar itu belum termasuk biaya mengurus paspor sekitar Rp 500 ribu di Kantor Imigrasi Klas I Surabaya.
Setelah semua kelengkapan yang dibutuhkan beres, Ayu dan Nana pun terbang  dari Bali ke Amerika pada  Mei 2015 dan pulang ke Indonesia setelah magang kerja berakhir pada November 2015 atau sekitar enam bulan magang kerja di sana karena hotel tempatnya OJT merupakan hotel seasonal yang hanya buka pada musim panas.
”Jadi biar visa kerja J-1 berlaku setahun, mereka memutuskan pulang. Pasalnya kalau kita tetap bertahan di sana sampai visa habis dianggap pekerja illegal. Kita bisa repot karena harus berurusan dengan pihak berwenang,”  terang Ayu yang diamini Nana, sapaan akrab Theresia Octaviana Gonawan kepada kru www.culinarynews.info, di kampus Akpar Majapahit, Jumat (05/02/2016) siang. 
 
Informasi ini juga selalu di-wanti-wanti oleh pihak Kedutaan Besar RI di Amerika Serikat yang juga mengawal program magang kerja bagi mahasiswa Indonesia di sana. Dari catatan pihak kedutaan, sekitar 75.000-an orang asing yang menyalahgunakan visa kerja J-1 sehingga visa kerja H2B (bukan untuk OJT) saat ini dibekukan sementara oleh pihak berwenang AS.
 
Dalam testimoninya, baik Ayu maupun Nana juga memberikan arahan  kepada yuniornya yang sekarang masih kuliah di Akpar Majapahit, untuk tidak meremehkan hal-hal kecil seperti membaca jadwal tiket pesawat terusan, membawa dokumen penting (visa, paspor, KTP) dan uang saku sebaiknya ditaruh di dompet atau tas punggung terpisah yang bisa selalu Anda bawa ke mana-mana.
Kartu kredit (credit card yang berlaku internasional seperti Master Card) juga perlu  Anda siapkan sejak awal karena transaksi di AS kebanyakan memakai kartu elektronika. Juga Anda jangan lupa membawa uang saku dalam bentuk dollar AS, yang disiapkan di dalam dompet atau tas punggung biar aman.
Ayu dan Nana punya pengalaman unik, dengan tiket terusan dari Denpasar-Hongkong-Los Angeles (LA)-Detroit-Pelstone. Penerbangan dari Denpasar sampai ke LA, mereka naik pesawat Cathay Pacific (CX), sedangkan penerbangan lanjutan dari LA-Detroit-Pelstone menggunakan maskapai penerbangan USAir.
Nah, masalah dialami saat mereka sampai di LA, ternyata pesawat terusannya dari LA dengan tujuan Detroit dan Pelstone tidak connecting sehingga dia harus bermalam di bandara. Mengingat kesalahan bukan di pihak penumpang, mereka lantas diinapkan di hotel yang terdekat dengan bandara tanpa bayar alias gratis. 
 
Kejadian berikutnya ketika mereka mengecek bagasi penumpang setiba di bandara LA, ternyata tas koper Ayu dan Nana tidak ada atau barangkali terangkut pesawat lain tujuan sama dari LA-Detroit-Pelstone. ”Selama transit di LA, dengan sangat terpaksa saya dan Ayu hanya memakai baju yang melekat di badan. Masih untung tas punggung dan dompet beserta isinya berupa dokumen penting dan uang tunai masih aman karena selalu saya bawa kemana-mana,” ungkap Nana, gadis asal Pandaan ini tersenyum.
 
Kejadian itu kemudian  dilaporkannya kepada pihak maskapai, dan dipastikan bahwa tas koper Ayu dan Nana tidak hilang dan saat itu masih dicari apakah bagasi penumpang dari Indonesia itu masih tertinggal di bandara atau terbawa pesawat lain. Kegelisahan Ayu dan Nana terobati setelah pihak hotel tempatnya magang, juga membantu mencarikan koper yang tertinggal di bandara. Syukurlah pihak hotel tempatnya magang menerima kabar kalau bagasi penumpang yang ketlisut tersebut sudah ditemukan dan siap dikirim ke alamat hotel dalam waktu satu dua hari lagi. 
 
”Plong rasanya saat itu. Saya salut atas kepedulian pihak Airline dan bantuan dari pihak Grand Hotel tempatnya magang yang ikut menguruskan bagasi yang tertinggal di bandara,” tutur Nana dan Ayu, sumringah.
Ayu menambahkan, selain masalah bagasi ketlisut, kejadian yang tidak kalah horor saat pesawat terusan dari LA-Detroit-Pelstone mendarat di bandara pinggiran kota Pelstone, ternyata hari sudah malam. Di kota kecil Pelstone itu bandara tutup pukul 20.00, terpaksa mereka memutuskan bermalam di bandara.
Namun niat itu tidak kesampaian karena penumpang dilarang bermalam di bandara. Oleh petugas bandara, mereka diminta mencari penginapan terdekat di sekitar bandara. ”Nah, saat berjalan kaki –tentunya dengan badan superletih karena kecapaian (jetlag)—dan jalanan gelap lagi (tanpa penerangan lampu) mencari penginapan (homestay). Syukurlah, kami mendapatkan penginapan yang tarifnya relatif murah dekat bandara,” ujar Nana dan Ayu, mengisahkan.
Keesokan harinya, atas masukan pemilik homestay di Pelstone, mereka disarankan mencarter mobil –perjalanan darat sekitar dua jam-- menuju dermaga ferry. Mereka naik ferry menyusuri danau yang akan mengantarkannya ke lokasi Grand Hotel Mac Kinac Island, pulau terpencil di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada. Sunggup perjalanan luar biasa telah dijalani dua Srikandi dari Akpar Majapahit tersebut.
 
Sesampai di Grand Hotel mereka disambut hangat oleh Jenifer King, GM Grand Hotel dan jajaran sekaligus diberi pengarahan seputar job desk (pekerjaan), fasilitas yang mereka dapatkan selama magang di hotel tersebut. Ayu Mircahya bertugas di kitchen Restoran Gate House antara lain membuat grill, aneka pasta dan beberapa menu tetap dari head chef.
Sedangkan Theresia Actaviana Gonawan, diplot di cold kitchen (tanpa kompor) pada salah satu dari empat restoran di Grand Hotel Mac Kinac Island. Di restoran Jockey Club tersebut, Nana bertugas membuat makanan pembuka (appetizer), salad dan dessert.
Pernak pernik lain yang harus dilakoni saat membeli kebutuhan pribadi pada waktu libur kerja, mereka harus jalan sendiri-sendiri (mandiri) naik ferry maupun naik bus (tarifnya 20 USD pergi pulang) dari hotel menuju kota terdekat mencari toko swalayan yang menyediakan bahan-bahan  kebutuhan pokok seperti beras, sayuran segar, lauk pauk sabun, shampoo, pasta gigi, make up, parfum, pulsa telpon hingga aneka kudapan untuk camilan.
 
Dengan belanja beras, lauk pauk dan sayuran sendiri, pihaknya bisa sharing dengan teman-teman dari Filipia menanak nasi (pinjam magic jar), membuat cap cai, misalnya, kemudian dimakan ramai-ramai. Asyikkk dan seru banget…!
”Untuk melepas kangen dengan masakan Indonesia, mereka mendapati restoran di sebuah kota kecil yang menyediakan menu chinese food yang cocok dengan lidah orang Indonesia. Maka, restoran itu jadi jujukan ketika saya dan Ayu off, tidak kerja,”  ungkap putri bungsu dari tiga bersaudara.
Selama magang kerja di negeri Paman Sam, dirinya berhasil menghimpun gaji (total salary) sekitar 7000 USD, berupa penghasilan kotor. Setelah dipotong pajak (PPh) 2000 USD, sewa rumah (housing), makan, air bersih, telpon dan wi-fi (untuk internetan), tersisa sekitar 1000-1.500 USD. Sisa penghasilan bersih itu masih dipakai jalan-jalan ke New York dan beli tiket pesawat Eva Air dari New York-Taipei (transit)-Denpasar dipatok 600 USD per orang. 
 

”Praktis,  sesampai saya di rumah, isi dompet tinggal recehan saja, ha ha ha…Makanya, misi dan visi saya magang kerja di Amerika Serikat bukan memburu dollar melainkan mencari pengalaman kerja di luar negeri yang kelak akan saya pakai melamar kerja di hotel-hotel terkemuka di luar negeri seperti di Amerika, Australia, Singapura, Malaysia, Bangkok, Hongkong, Uni Emirat Arab, bahkan Eropa,” papar Nana, putri bungsu dari tiga bersaudara ini.
Usai magang kerja di Amerika Serikat dan menjalani prosesi wisuda D3 Akpar Majapahit (dengan titel Ahli Madya Pariwisata) pada 29 November 2015 lalu, dirinya dan Ayu Mircahya sekarang selain fokus mengirim lamaran kerja di hotel-hotel berbintang di luar negeri juga belajar buka usaha kecil-kecilan dan mengurus refund (pengembalian) pajak penghasilan sampai 50 persen dari yang ditarik pemerintah AS sebesar 2000 USD kepada setiap pekerja asing termasuk mahasiswa yang magang kerja di sana. 
 
”Lumayanlah jika nanti restitusi pajak tersebut bisa dicairkan 50 persen, saya dapat pengembalian pajak  sekitar 1000 USD. Oleh karena itu saya dan Ayu getol mengurusi ini di Kedubes AS di Jakarta atau mengurusnya lewat Konjen AS di Surabaya,” ulas Nana.
Hal senada juga disampaikan Ayu ketika mengisahkan perjalanan fantastisnya selama magang kerja enam bulan di Grand Hotel Mac Kinac Island, Amerika Serikat dengan Nana, sahabat setianya sejak di bangku kuliah hingga menjalani magang kerja di Grand Hotel.
 
Sebelum mengakhiri testimoni dan menutup wawancaranya dengan kru www.culinarynews.info, baik Ayu maupun Nana menekankan kepada siapa saja yang tertarik dan berniat magang kerja di negeri Paman Sam untuk mempersiapkan fisik dan mental, mengasah kemampuan berbahasa asing (terutama conversation), mau bekerja keras, tidak manja, disiplin waktu dan bisa bekerja sama dengan siapa pun.
”Pasalnya, Anda di sana akan bertemu dengan mahasiswa lain dari Inggris, India, Filipina dan negara lainnya yang sama-sama mengikuti program training ITN,” tukas Ayu Mircahya, putri pertama dari dua bersaudara yang tinggal di Pasuruan.
Nah, Anda tertarik dengan program magang kerja (OJT) di negeri Paman Sam, silakan berkonsultasi dengan pihak Akademik Akpar Majapahit cq Bu Maftucha (Asisten Direktur III Bidang Kemahasiswaan) atau  Hendrik Adrianus (Kepala Bagian Marketing Akpar Majapahit), sekarang juga. (ahn)

1 comment:

Entri Populer