Usai Diwisuda dan Sukses Raih Gelar Sarjana Ekonomi dari Indonesian European University (IEU)
USAI
diwisuda dan
sukses meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) dari Indonesian European University (IEU), tujuh alumni D3 Akpar
Majapahit sekarang menatap masa depan melalui jalur bisnis yang mulai dirintis
sejak kuliah S1 International Business Management di IEU Surabaya atau
bergabung dengan perusahaan lain untuk mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan
nyata di masyarakat.
Tujuh alumni D3 Akpar Majapahit yang berhasil
menyelesaikan studi S1 International Business Management di IEU adalah Adrianus
Tomo Triputro AMd.Par, SE, Desy Handayani Husnan AMd.Par, SE, Ferdyanto Wijaya
AMd.Par, SE, Mike Cornelia Asmara Kusuma AMd.Par, SE, Oktavia Ayu Rochmawati
AMd.Par, SE, Putri Permatasari Gunawan AMd.Par, SE, dan Yosua Sembiring Meliala
AMd.Par, SE.
Adrianus Tomo Triputro AMd.Par, SE, misalnya,
antusias mengelola bisnis restoran di Surabaya yang memadukan masakan
tradisional Indonesia dan keunikan masakan Thailand yang bisa diterima pasar mancanegara.
Inspirasi membuka bisnis restoran ini setelah
dirinya menyelesaikan tesis dengan judul: ”Model of Consumer Decision Making for the Adaptation of Indonesia &
Thailand Food to Go International”.
Pasalnya, setelah menyelesaikan tesis untuk meraih
gelar sarjana ekonomi (SE) dari IEU itu, pihaknya semakin termotivasi dan
terinspirasi untuk mengkolaborasikan makanan Indonesia dan Thailand yang bisa
diterima pasar internasional.
Misalnya, mengkolaborasikan Kwee Tiauw (Medan) dengan Pad
Thai (makanan khas dari Negeri Gajah Putih) karena kedua makanan itu
sejatinya sejenis jika dilihat dari resep dan cara mengolahnya. ”Harapan saya dengan kolaborasi seperti itu, saya yakin
perpaduan antara makanan khas Indonesia dengan Thailand bisa menandingi ketenaran
junk food (makanan sampah) dari Negeri
Paman Sam (AS),” tandas Adrianus Tomo di dampingi kekasihnya.
Sedangkan Mike Cornelia Asmara Kusuma AMd.Par, SE pasca
diwisuda ini siap-siap berbisnis makanan bayi, setelah sebelumnya eksis
menekuni usaha catering terutama menyediakan menu masakan dari rajungan dan
aneka sea food yang dipasarkan secara
online system melalui media sosial.
Saat berdiskusi bertiga dengan rekan sejawatnya, Adrianus
Tomo Triputro AMd.Par, SE dan Direktur
Akpar Majapahit Ir Juwono Saroso MM, Mike menuturkan, setelah belajar ilmu manajemen
bisnis di IEU dirinya semakin percaya diri dan paham bagaimana sisik melik
manajemen bisnis yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan riil.
Untuk itu apa yang telah ditekuni sejak lulus dari
D3 Akpar Majapahit terus dilanjutkan dengan memulai bisnis makanan bayi. Tekad kuat
ini berarti menutup peluang dirinya untuk bekerja di hotel karena pertimbangan sudah punya
momongan anak yang masih batita dan terbentur faktor usia.
”Saya kan sudah
tidak muda lagi pak Ju….,” ujar Ce
Mike tersipu saat menjawab pertanyaan Juwono Saroso yang menawarinya bergabung
kerja di sebuah hotel berbintang. Mike Cornelia berniat menerjuni bisnis
makanan bayi setelah sukses mengangkat tesisnya yang berjudul: ”The Business Healthy Food for Toddler”
sehingga dirinya berhak menyandang gelar Sarjana Ekonomi (SE).
Selain Adrianus Tomo, Ferdyanto Wijaya AMd.Par, SE sepertinya
juga tertarik dengan dunia kuliner, sehingga tidak menutup kemungkinan jika
usai acara wisuda ini dirinya ingin membuka usaha café & resto.
Hasrat membuka café & resto ini setelah dirinya
meneliti sepak terjang pebisnis makanan kaki lima (PKL) di Surabaya, Bandung
dan Bogor saat menyelesaikan tugas akhir (tesis) dengan judul: ”Prospect Business Street Food in Indonesia.
Case Study in Surabaya, Bandung and Bogor”.
Senada dengan tiga sejawatnya tersebut di atas,
Yosua Sembiring Meliala AMd.Par, SE juga mengangkat potensi bisnis restoran
Indonesia dengan judul tesisnya: ”The
Potential of Indonesian Restaurant in Finland Benchmarking Vietnamese
Restaurant”.
Menurut bujangan berkacamata yang tinggal di Jember
ini, potensi bisnis restoran Indonesia di luar negeri khususnya di Finlandia sebetulnya
tidak kalah dengan restoran Vietnam yang sudah eksis lebih dulu di sana bahkan
menjadi benchmarking (acuan).
Pasalnya, keunikan citarasa makanan khas Indonesia punya added value yang bisa mengungguli citarasa masakan Vietnam.
Sementara itu, Desy Handayani Husnan AMd.Par, SE
mengapresiasi pemanfaatan ampas tebu di Pabrik Gula (PG) Jombang Baru, untuk diolah
menjadi bioetanol sebagai objek penelitiannya, demi meraih gelar Sarjana
Ekonomi dari IEU Surabaya.
Stok ampas tebu yang melimpah di PG Jombang Baru
sayang jika dibuang begitu saja. Pasalnya, ampas tebu bisa diolah lebih lanjut
untuk membuat bioetanol. Bioetanol itu sendiri diyakini merupakan salah satu
bahan bakar alternatif demi menjawab kian menipisnya cadangan bahan bakar fosil
di perut bumi.
Untuk itulah, dirinya mengangkat judul tesisnya: ”Product of Bioethanol from Sugarcane Bagase”.
Penelitiannya itu mendapatkan apresiasi dari segenap civitas akademika IEU
Surabaya karena berhasil dirampungkan dalam waktu tiga bulan.
Trend makanan kesehatan (healthy food) yang mulai banyak dilirik konsumen, terutama untuk
diet dan menekan dampak buruk penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus (DM),
jantung coroner, stroke, kolesterol, asam urat, gangguan ginjal dan lever
(hati), telah menginspirasi Oktavia Ayu Rachmawati AMd.Par, SE untuk meneliti manfaat
black rice untuk makanan kesehatan
dan bagaimana prospek ke depannya.
Dalam tesisnya itu, gadis cantik asal Cimahi,
Provinsi Jabar ini mengangkat judul tulisannya: ”The Prospect to Implement Business to Business and Customer Marketing to
Black Rice for Healthy Food”.
Menurut perempuan berjilbab ini, black rice belum setenar beras merah
(brown rice) untuk diet dan dimanfaatkan membuat makanan kesehatan (healthy food), namun belakangan black rice mulai dilirik konsumen yang
peduli makanan sehat.
Objek penelitiannya mengambil tempat di Ranch Market
(sebuah supermarket) di Surabaya dan Malang yang menyediakan black rice. Meskipun black rice ini belum sepopular dibanding
brown rice, tetapi belakangan ini
konsumen mulai banyak yang mencarinya.
Tak salah jika permintaan black rice di dua pusat perbelanjaan itu saat ini perlahan namun
pasti mulai menapak naik daripada sebelumnya. Salah satu pemicunya karena
konsumen black rice, merasakan
manfaatnya sebagai alternatif healthy
food yang direkomendasi medis. Konsumen black
rice adalah catering yang menyediakan menu diet untuk kesehatan dan rumah
sakit.
Sedangkan Puteri Permatasari Gunawan AMd.Par, SE dalam
tesisnya mengangkat judul: ”The
Prospect of Green Business. Case Study a Banana Peel”. Perempuan cantik
asal Banyuwangi ini antusias meneliti prospek bisnis hijau yang ramah
lingkungan seperti peluang bisnis pengolahan limbah kulit pisang sebagai studi
kasusnya.
Diakui Puteri, limbah kulit pisang di Banyuwangi
cukup melimpah tetapi masih banyak orang yang tidak tahu apa manfaatnya jika
kulit pisang itu diproses menjadi produk baru yang berguna dan punya prospek
ekonomi di masa depan. Selama ini kulit pisang dibuang begitu saja, jadi pakan
ternak atau kalau pun diolah lebih lanjut biasanya untuk dijadikan pupuk organik.
Sementara itu, dari kajian ilmiah di luar negeri
mengungkapkan bahwa banana peel
(kulit pisang) bisa dimanfaatkan untuk kosmetik (masker wajah) karena kandungan
nutrisinya setara dengan madu, bisa juga untuk dijadikan tepung kulit pisang
yang bermanfaat untuk campuran adonan kue dan sebagainya,” terang Puteri
Permatasari, dalam tesisnya. Selamat dan Sukses. God Bless You… (ahn)
No comments:
Post a Comment